Tentang BLOGE INYONG

Foto saya
Lahir di Kebumen,27 Mei 1967,Lektor di Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto Poltekkes Depkes RI

PEMERIKSAAN FORMALIN

PEMERIKSAAN FORMALIN

(Oleh: Suparmin,SST. Jurusan Kesling Purwokerto Poltekes Semarang)


Kata formalin yang sering kita jumpai sebetulnya mengacu pada "formaldehyde" (FA) yang merupakan aldehida berbentuknya gas dengan rumus kimia H2CO Formaldehida bisa dihasilkan dari pembakaran bahan yang mengandung karbon. Terkandung dalam asap pada kebakaran hutan, knalpot mobil, dan asap tembakau. Dalam atmosfer bumi, formaldehida dihasilkan dari aksi cahaya matahari dan oksigen terhadap metana dan hidrokarbon lain yang ada di atmosfer. Formaldehida dalam kadar kecil sekali juga dihasilkan sebagai metabolit kebanyakan organisme, termasuk manusia.
Meskipun dalam udara bebas formaldehida berada dalam wujud gas, tetapi bisa larut dalam air (biasanya dijual dalam kadar larutan 37% menggunakan merk dagang 'formalin' atau 'formol' ). Formalin adalah nama dagang dari suatu larutan yang mengandung sekitar 37% (berat/volume) FA. FA adalah suatu gas yang berbau menyengat dan akan berpolimerisasi dalam air.
Dalam air, formaldehida mengalami polimerisasi dan sedikit sekali yang ada dalam bentuk monomer H2CO. Formalin adalah larutan formaldehida dalam air, dengan kadar antara 10%-40%. Larutan formalin 37% mendidih pada 96oC dan pada pemanasan yang lebih tinggi akan terurai menjadi karbon dioksida dan karbon monoksida. Larutan formalin 37% mengandung 37 gram FA per 100 ml larutan dan jika dikonversikan ke mg per liter maka menjadi 370.000 mg/L.

Kegunaan formalin
Formaldehida dapat digunakan untuk membasmi sebagian besar bakteri, sehingga sering digunakan sebagai disinfektan dan juga sebagai bahan pengawet. Sebagai disinfektan, Formaldehida dikenal juga dengan nama formalin dan dimanfaatkan sebagai pembersih; lantai, kapal, gudang dan pakaian. formalin merupakan antiseptik yang mampu membunuh bakteri dan kapang, dalam konsentrasi rendah (2-8%) terutama digunakan untuk mensterilkan peralatan kedokteran. Namun, formalin lebih popular untuk mengawetkan mayat dan spesimen biologi lainnya.
Formaldehida juga dipakai sebagai pengawet dalam vaksinasi. Dalam bidang medis, larutan formaldehida dipakai untuk mengeringkan kulit, misalnya mengangkat kutil. Larutan dari formaldehida sering dipakai dalam membalsem untuk mematikan bakteri serta untuk sementara mengawetkan bangkai. Dalam industri, formaldehida kebanyakan dipakai dalam produksi polimer dan rupa-rupa bahan kimia. Jika digabungkan dengan fenol, urea, atau melamina, formaldehida menghasilkan resin termoset yang keras. Resin ini dipakai untuk lem permanen, misalnya yang dipakai untuk kayulapis/tripleks atau karpet. Juga dalam bentuk busa-nya sebagai insulasi. Lebih dari 50% produksi formaldehida dihabiskan untuk produksi resin formaldehida. Untuk mensintesis bahan-bahan kimia, formaldehida dipakai untuk produksi alkohol polifungsional seperti pentaeritritol, yang dipakai untuk membuat cat bahan peledak. Turunan formaldehida yang lain adalah metilena difenil diisosianat, komponen penting dalam cat dan busa poliuretana, serta heksametilena tetramina, yang dipakai dalam resin fenol-formaldehida untuk membuat RDX (bahan peledak). Sebagai formalin, larutan senyawa kimia ini sering digunakan sebagai insektisida serta bahan baku pabrik-pabrik resin plastik dan bahan peledak.
Penggunaan lainnya
• Pengawet mayat
• Pembasmi lalat dan serangga pengganggu lainnya.
• Bahan pembuatan sutra sintetis, zat pewarna, cermin, kaca
• Pengeras lapisan gelatin dan kertas dalam dunia Fotografi.
• Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.
• Bahan untuk pembuatan produk parfum.
• Bahan pengawet produk kosmetika dan pengeras kuku.
• Pencegah korosi untuk sumur minyak
• Dalam konsentrasi yang sangat kecil (kurang dari 1%), Formalin digunakan sebagai pengawet untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih barang rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut kulit, perawatan sepatu, shampoo mobil, lilin, dan pembersih karpet.
Penggunaan Formalin yang salah
Melalui sejumlah survei dan pemeriksaan laboratorium, ditemukan sejumlah produk pangan yang menggunakan formalin sebagai pengawet. Sebagaimana dikemukakan oleh Muchtadi (1995), bahwa bila tahu direndam dalam larutan formalin 2% selama 3 menit, dapat memperpanjang daya tahan simpannya pada suhu kamar selama 4-5 hari. Sedangkan tahu tanpa formalin, atau hanya direndam dalam air, hanya bertahan selama 1-2 hari. Penggunaan formalin sebagai bahan tambahan makanan, dalam hal ini sebagai pengawet bahan makanan, merupakan pelanggaran. Menurut Peraturan Pemerintah No 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan, yang dimaksud dengan bahan tambahan makanan adalah bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan. Meskipun demikian telah ada peraturan yang dengan tegas menyatakan bahwa formalin dilarang digunakan untuk bahan tambahan makanan.
Bahan tambahan yang dilarang digunakan dalam pangan, menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No:722/MenKes/Per/IX/88, yakni (1) asam borat dan senyawanya, (2) asam salisilat dan garamnya, (3) dietilpirokarbonat, (4) dulsin, (5) kalium klorat, (6) kloramfenikol, (7) minyak nabati yang dibrominasi, (8) nitrofurazon, dan (9) formalin (formaldehid).
Praktek yang salah seperti ini dilakukan oleh produsen atau pengelola pangan yang tidak bertanggung jawab. Beberapa contoh prduk yang sering diketahui mengandung formalin misalnya
1. Ikan segar : Ikan basah yang warnanya putih bersih, kenyal, insangnya berwarna merah tua (bukan merah segar), awet sampai beberapa hari dan tidak mudah busuk.
2. Ayam potong : Ayam yang sudah dipotong berwarna putih bersih, awet dan tidak mudah busuk.
3. Mie basah : Mie basah yang awet sampai beberapa hari dan tidak mudah basi dibandingkan dengan yang tidak mengandung formalin.
4. Tahu : Tahu yang bentuknya sangat bagus, kenyal, tidak mudah hancur, awet beberapa hari dan tidak mudah basi.
Pengaruh terhadap tubuh
Karena resin formaldehida dipakai dalam bahan konstruksi seperti kayu lapis/tripleks, karpet, dan busa semprot dan isolasi, serta karena resin ini melepaskan formaldehida pelan-pelan, formaldehida merupakan salah satu polutan dalam ruangan yang sering ditemukan. Apabila kadar di udara lebih dari 0,1 mg/kg, formaldehida yang terhisap bisa menyebabkan iritasi kepala dan membran mukosa, yang menyebabkan keluarnya air mata, pusing, teggorokan serasa terbakar, serta kegerahan.
Jika terpapar formaldehida dalam jumlah banyak, misalnya terminum, bisa menyebabkan kematian. Dalam tubuh manusia, formaldehida dikonversi menjadi asam format yang meningkatkan keasaman darah, tarikan nafas menjadi pendek dan sering, hipotermia, juga koma, atau sampai kepada kematiannya.
Di dalam tubuh, formaldehida bisa menimbulkan terikatnya DNA oleh protein, sehingga mengganggu ekspresi genetik yang normal. Binatang percobaan yang menghisap formaldehida terus-terusan terserang kanker dalam hidung dan tenggorokannya, sama juga dengan yang dialami oleh para pegawai pemotongan papan artikel. Tapi, ada studi yang menunjukkan apabila formaldehida dalam kadar yang lebih sedikit, seperti yang digunakan dalam bangunan, tidak menimbulkan pengaruh karsinogenik terhadap makhluk hidup yang terpapar zat tersebut.
Pertolongan pertama bila terjadi keracunan akut
Pertolongan tergantung pada konsentrasi cairan dan gejala yang dialami korban. Sebelum ke rumah sakit, berikan arang aktif (norit) bila tersedia. Jangan melakukan rangsangan agar korban muntah, karena akan menimbulkan resiko trauma korosif pada saluran cerna atas. Di rumah sakit biasanya tim medis akan melakukan bilas lambung (gastric lavage), memberikan arang aktif (walaupun pemberian arang aktif akan mengganggu penglihatan pada saat endoskopi). Endoskopi adalah tindakan untuk mendiagnosis terjadinya trauma esofagus dan saluran cerna. Untuk meningkatkan eliminasi formalin dari tubuh dapat dilakukan hemodialisis (cuci darah). Tindakan ini diperlukan bila korban menunjukkan tanda-tanda asidosis metabolik berat.
3. PEMERIKSAAN FORMALIN DENGAN FORMALDEHYDE TEST KIT
a. Metoda Analisa:
Titrasi asam basa menggunakan natrium sulfit (Na2SO3) dan asam klorida (HCl)
b. Range konsentrasi:
0 – 1% dan 0 – 10% formaldehyde
c. Reaksi kimia pada proses pemeriksaan:
Formalin dalam sampel cairan direaksikan dengan natrium sulfit sehingga terbentuk produk bersifat basa berupa CH2O4SNa2. Produk ini selanjutnya dititrasi dengan HCl dengan indikator alizarin R sehingga terbentuk titik akhir berwarna kuning.
d. Prosedur Kerja:
1) Pemeriksaan konsentrasi tinggi ( 0 – 10 % )
a. Ambil sampel dengan jarum penyedot sampel (dengan ujung diberi plastik sambungan yang tersedia khusus), sedot sebanyak 0,5 ml
b. Masukkan dalam wadah reaksi (wadah plastik berskala) dan tambahkan ke dalam wadah reaksi tersebut air yang telah disaring dengan filter khusus sampai pada batas 5 ml
c. Tambahkan 2 tetes indikator alizarin R dan kocok:
i. Jika larutan berwarna merah-oranye, lanjutkan ke langkah ”d”
ii. Jika larutan berwarna kuning, tambahkan 2 sendok takar bubuk natrium sulfit dan aduk sampai larut. Jika terdapat formaldehid cairan akan berwarna merah-oranye dan lanjutkan ke langkah ”d”.
d. Siapkan jarum penyedot sampel: awas! ganti ujung penyambungnya dengan yang baru) sedot reagen HI3838-O sampai tanda batas pada skala 0 (nol).
e. Teteskan sedikit demi sedikit reagen HI3838-O ke dalam wadah reaksi sampai terdapat perubahan warna dari merah-oranye menjadi kuning.
f. Hentikan penetesan ketika terbentuk warna kuning pertama kali dan lihat serat catat pemakaiannya pada jarum penyedot. Kalikan dengan 10, maka akan diperoleh % formalin cairan sampel tersebut.

2) Pemeriksaan Konsentrasi rendah ( 0 – 1 % )
Jika pemeriksaan mendapatkan hasil dibawah 1% maka :
a. Cuci wadah plastik tersebut dengan sampel air yang akan diperiksa
b. Isikan lagi ke dalam wadah tersebut sampel air sampai tanda batas 5 ml
c. Tambahkan 2 tetes indikator alizarin R dan kocok:
i. Jika larutan berwarna merah-oranye, lanjutkan ke langkah ”d”
ii. Jika larutan berwarna kuning, tambahkan 2 sendok takar bubuk natrium sulfit dan aduk sampai larut. Jika terdapat formaldehid cairan akan berwarna merah-oranye dan lanjutkan ke langkah ”d”.
d. Sedot reagen HI3838-O sampai tanda batas pada skala 0 (nol).
e. Teteskan sedikit demi sedikit reagen HI3838-O ke dalam wadah reaksi sampai terdapat perubahan warna dari warna asal larutan menjadi kuning.
f. Hentikan penetesan ketika terbentuk warna kuning pertama kali dan lihat serat catat pemakaiannya pada jarum penyedot. maka akan diperoleh % formalin cairan sampel tersebut.

Rujukan:javascript:void(0)
Terbitkan Entri
1. NIOSH, 2005, Pocket Guide to Chemical Hazard: Formaldehyde
2. HANNA Inc., Instruction Manual HI3838 formaldehyde Test Kit.
3. www.wikipedia.com, formaldehyde



0 komentar:

Posting Komentar

 
Powered By Blogger | Portal Design By Trik-tips Blog © 2009 | Resolution: 1024x768px | Best View: Firefox | Top